Beberapa tahun yang lalu aku pernah menulis kisah tentang seorang wanita yang Allah pilih dan akhirnya berhijrah. Dari yang tidak berjilbab menjadi berjilbab syar’i, dari yang kerja kantoran akhirnya memilih menjadi ibu rumah tangga fokus mendidik anak-anaknya dan memberikan pelayanan terbaik kepada suami. Saat menuliskannya dulu, aku menuliskannya dengan penuh kegembiraan dan hati bahagia.
Tag: Cinta
Dahsyatnya Sakit Dihianati
Seorang wanita seperti saya, yang belum menikah, belum memiliki anak dan sedikit cuek, ketika (dulu) mendapati seorang wanita merasa begitu sakit hati karena dihianati suami, maka saya akan menilainya berlebihan. Saya selalu berfikir sederhana, bahwa kekecewaan pada manusia pasti akan selalu ada. Jika bentuk kesalahannya sangat besar, maka gampang saja, tinggalkan, begitu solusi saya.
Ajari Aku Bijaksana
Aku adalah isterimu, semua orang tahu.
Kita menikah dan berikrar akan selalu bersama dan setia.
Aku dan kamu di awal ibarat sebuah bibit yang belum tumbuh dan berbuah.
Bersama kita memelihara bibit itu, menyiram, menyemai, memberi pupuk.
Semua kita lakukan dengan bahagia karena dibungkus oleh cinta.
Peluk dan Cium Ukhuwah
Entah bagaimana aku menjelaskan rasa ini. Ini terasa berbeda dari biasanya, sepertinya. Ada banyak rasa yang bercampur jadi satu dalam tiap pelukan dan ciuman sore ini. Di dalamnya kutemukan cinta, rindu, haru, sedih, terima kasih, sayang, bangga, ah sungguh sulit diungkap lewat kata.
Untuk Kau Yang Telah Jujur
Hai kau, kau yang telah jujur sejak awal.
Terima kasih karena telah menceritakan kepahitanmu yang paling pahit pada perempuan itu meski kau tahu akhir yang harus kau tanggung.
Dan yah, itulah yang harus kau rasakan saat ini, sebuah keputusan berat dari perempuan itu.
Masa Lalu
Wanita di hadapanku lagi-lagi menatapku tajam. Kali ini aku terdiam tak bisa membantah. Mulutku urung mengeluarkan pembelaan dan teori-teori seperti biasa. Aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Ini sudah upaya keenam wanita itu. Sungguh, aku takut kualat jika kali ini tetap menolak permintaannya yang kini terdengar seperti sebuah permohonan.
Kamar VIP 101
Rian berjalan memasuki sebuah rumah sakit dengan langkah tegap. Jas putih kebanggaannya sudah melekat rapi di tubuhnya yang proporsional. Sesekali ia memegangi gagang kacamatanya sembari tersenyum ramah kepada siapa saja yang ia temui.