Diposkan pada Akhlak dan Nasehat, Cerita Lapak Sebelah

Bagaimana Kita ‘Kembali’

Aku adalah seorang polisi. Aku mulai jenuh dengan rutinitasku. Tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentult penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas ini. Sampai suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang hingga kini tak pernah kulupakan.Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol…tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengalihkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban.

Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil daIam kondisi sangat kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah.
Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.

Diposkan pada Cerita Lapak Sebelah

Dakwah itu Mengajak bukan Mengejek

Waktu masih kuliah di Riyadh, Arab Saudi, saya dapat cukup banyak kesempatan untuk melaksanakan umrah ke Makkah al-Mukarramah. Selain melaksanakan thawaf, yang paling menyenangkan dan menimbulkan kesan yang mendalam adalah menyaksikan orang lain melaksanakan thawaf, laki-laki dan perempuan, tiada putus-putusnya. Lebih berkesan lagi, apabila kita menyaksikannya dari lantai dua Masjid Haram.

Pada suatu kesempatan setelah shalat Isya, saya dan seorang sahabat duduk-duduk di pelataran Ka’bah, menikmati udara malam sambil menyaksikan kaum Muslim Muslimah thawaf tiada henti-hentinya. Bersama kami, ada sepasang suami istri setengah baya yang datang melaksanakan umrah sejak beberapa hari lalu. Kami sudah saling kenal, karena beliau berdua sudah berulang kali ke Makkah, baik untuk melaksanakan ibadah haji maupun umrah. Allah menganugerahkan kekayaan yang melimpah kepada mereka berdua, tetapi sayang mereka tidak dianugerahi putra seorang pun. Barangkali ke Makkah merupakan salah satu cara mereka menghibur diri apabila dilanda kesepian dan kerinduan terhadap anak.

Lanjutkan membaca “Dakwah itu Mengajak bukan Mengejek”

Diposkan pada Cerita Lapak Sebelah

Kamar 3, Kamar Ceria, Kamar Kenangan (Dicopas dari blog EnggaLalita)

kamar3

Kamar 3. salah satu kamar yang ada di kost Flora. Kost yang di huni oleh para cewek ajaib, aku termasuk salah satu di dalamnya. macam-macam karakter ada di sana. mulai dari yang kalem ampe yang ancur. he..he..he.. tapi nggak ampe hancur kayak WTC kok.

Kamar 3. Kamar yang kutempati bersamanya selama 4 tahun. banyak kisah dan kenangan yang kami ukir di dalamnya. ada tawa, canda, aksi gokill, cerita, kreatifitas, sedih, tangis dll, dsb yang pernah terjadi di sini. di kamar ini aku mencurahkan semua unek-unek ku . tangisku, karya ku, masakanku. Di kamar ini aku bebas mengeskpresikan diriku sekali lagi bersamanya.

Kamar 3. Kamar yang di depan pintunya tertulis kamar “Mega & Anti”. Hampir di setiap sudutnya ada kenangan tantang kami berdua. kamar yang dijuluki kamar paling rame di kost flora karena keceriaan para penghuninya. Me n Anti. Kamar kreatif, kamar ceria, kamar rame, kamar ekspresi. kamar 3. kamar yang kucinta. kamar yang paling berkesan dalam hidupku. Di kamar ini aku bisa curhat dengan manusia. Bukan lagi dengan buku, atau cermin (kebiasaan waktu di rumah).

Lanjutkan membaca “Kamar 3, Kamar Ceria, Kamar Kenangan (Dicopas dari blog EnggaLalita)”

Diposkan pada Cerita Lapak Sebelah

Tangisan Rara (Dicopas dari blog EnggaLalita)

Kisah ini terjadi pada hari ahad tanggal 29 agustus 2010. Aku ngasih lihat Rara film tentang anak-anak kost flora yang kubuat di picasa movie maker. Film itu berisi kumpulan foto-foto anak-anak flora sejak tahun 2008 ampe 2010. Kebersamaan yang dilewati bersama, makan bareng, nobar, kerja bakti, dandan asal-asalan, dan beragam aktivitas narsis lainnya. Waktu liat video itu Rara ketawa-ketawa terus.

Tapi hal berbeda terjadi ketika ku perlihatkan film foto-fotoku ma Anti, dengan soundtrack lagunya Mytha “tentang mimpiku”. Baru di awal-awal dia udah bilang, “kayak sedih?”

Aku hanya mengangguk. Aku terus aja ngoceh, menceritakan ini dan itu, kepada Rara yang baring di ranjang di belakangku. Sayup-sayup kudengar isak tangis di balik punggungku.
“hiks..hiks,,”

Aku menoleh, “Rara?! Kamu nangis? Ya ampun, Ra’. Cup..cup…”

Tangisnya semakin menjadi-jadi dengan raungan yang memekakkan telinga, *nggak ding!

“Aku keingat Anti, hiks”

Lanjutkan membaca “Tangisan Rara (Dicopas dari blog EnggaLalita)”