Tak ada yang bisa memungkiri bahwa keluarga adalah hal pertama yang terlintas di dalam kepala ketika kita bicara tentang cinta. Dari sanalah seseorang belajar arti cinta yang sesungguhnya dan mengenal cinta untuk pertama kalinya, terlebih cinta seorang ibu kepada anak-anaknya.
Kategori: Cerpen
Kumpulan cerita pendek yang sebagian besar terinspirasi dari kisah nyata.
Masa Lalu
Wanita di hadapanku lagi-lagi menatapku tajam. Kali ini aku terdiam tak bisa membantah. Mulutku urung mengeluarkan pembelaan dan teori-teori seperti biasa. Aku benar-benar tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Ini sudah upaya keenam wanita itu. Sungguh, aku takut kualat jika kali ini tetap menolak permintaannya yang kini terdengar seperti sebuah permohonan.
Pertemuan
Dari sekian banyak wanita yang duduk dan lalu lalang sejak tadi, tak ada satupun yang menarik perhatian Adam. Semua wanita terlihat sama di matanya, sama-sama berpakaian masa kini dengan dandanan ala artis Korea. Cantik. Adam bergumam. Ia tidak menyangkal hal itu. Sebagai pria normal ia tentu menyukai kecantikan yang sudah menjadi hak paten setiap wanita. Tapi baginya cantik belum cukup untuk membuatnya tertarik.
Kamar VIP 101
Rian berjalan memasuki sebuah rumah sakit dengan langkah tegap. Jas putih kebanggaannya sudah melekat rapi di tubuhnya yang proporsional. Sesekali ia memegangi gagang kacamatanya sembari tersenyum ramah kepada siapa saja yang ia temui.
Rinjani, Selamat Tinggal
“Ada yang bisa kami bantu Bu?”
Seorang wanita usia 20 tahunan menyapaku dengan ramah. Aku menatapnya sembari tersenyum. Garis-garis wajahku tertarik ke kanan dan kiri pipiku menciptakan keriput berlapis-lapis di sana.
Aku Membenci Laki-laki Itu
Aku membenci laki-laki itu. Laki-laki berkulit gelap itu. Ia selalu diam-diam menatapku. Aku tidak suka dengan tatapan itu. Tatapan yang membuatku marah sekaligus takut. Entah sejak kapan tatapan itu berubah makna. Sepertinya semenjak wanita itu diterima bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik besar. Ia selalu pergi pagi, pulang sore. Atau pergi sore, pulang pagi.
Sang Pemimpi – Ini Bukan Mimpi
Aku berdiri menantinya dengan sebuah buku di tangan. Kami berjanji akan bertemu di sini, hari ini. Kubuka buku yang baru saja kutarik dari rak yang berdiri kokoh di depanku. Begitu banyak pilihan buku, tapi hatiku menjatuhkan pilihan pada yang kugenggam kini, sebuah buku yang akan mengajarkanku cara menarik hati orang lain.