Inilah sebuah kisah seseorang yang dahulu membenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Seseorang yang dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya; Sekiranya setelah aku ada seorang Nabi, maka dialah dirimu. Ya, dialah Sahabat Umar bin Khattab, Khalifah kedua setelah Sahabat Abu Bakar r.a.
Kategori: Sirah
The Number One
Keimanan ibarat pondasi pada sebuah bangunan. Ketika pondasi itu kuat dan kokoh, maka apa-apa yang ada di atasnya pun ikut kuat dan kokoh, yakni tiang-tiang yang menjulang tinggi dan batu bata yang tersusun rapi. Dengan pondasi yang kuat, sebuah bangunan tidak mudah rubuh meski terjadi gempa yang mengguncang hebat.
Cintakah Kau Padaku?
Di antara ribuan rintik hujan dan di tengah dinginnya malam, aku kembali harus menjatuhkan butiran hangat itu. Ia mengalir membasahi kedua pipi enggan berhenti. Ia bemula dari sebuah rasa yang bergejolak di dalam hati. Cintakah kau padaku?
Sekali lagi dan berkali-kali aku menatap barisan kata-kata itu. Bahkan semakin lama aku menatap, semakin sakit di dalam sini, hati. Sebuah kisah yang telah kubaca dulu, pun telah kupahami akhirnya. Kisah yang begitu pilu nan syahdu.
Ketika Dia Seperti Julaibib
Catatan kali ini lahir dari sebuah pertanyaan yang saya ajukan malam itu, malam tatkala seorang ustads membahas tentang salah satu dosa yang dianggap biasa, yakni berprasangka buruk kepada Allah.
Saya menulis pertanyaan itu bukan tanpa sebab, melainkan untuk menjawab kerisauan yang kerap kali datang menyambangi seorang wanita tatkala ada seorang lelaki (berniat) ingin meminangnya. Atau mungkin juga (pertanyaan itu) untuk menjawab kerisauan saya selama ini.
Keluarga Surga
“Bersabarlah keluarga Yasir. Sesungguhnya balasan kalian adalah Surga.”
Begitulah Rasulullah bersabda pada satu keluarga yang begitu mulia.
Yasir adalah laki-laki Yaman yang awalnya ke Mekkah untuk mengunjungi seorang sahabat. Karena merasa nyaman di kota suci itu, akhirnya ia memutuskan untuk menetap. Yasir merupakan laki-laki yang baik. Kebaikannya membawanya pada Sumayyah, seorang budak Huzaifah. Kala itu, Huzaifah menikahkan Yasir dengan sang budak karena ia percaya Yasir mampu menjadi seorang kepala keluarga yang baik dan membahagiakan Sumayyah.
Pernikahan mereka pun berjalan harmonis, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan bernama Ammar. Kelahiran sang putera membawa kebahagiaan lainnya yakni Huzaifah memerdekakan Sumayyah dari statusnya seorang budak.