Diposkan pada Akhlak dan Nasehat, My Diary, Sosok

Hijrah, Bukan Hanya Niat Tapi Juga Aksi

Hijrah

Kisah hijrah seseorang memang berbeda, namun setiap kisah punya kesan dan pesan tersendiri di dalamnya. Kali ini aku akan menceritakan kisah hijrah seorang muslimah yang kukenal di sekitar pertengahan tahun 2013 lalu. Pertama kali bertemu dan berkenalan dengannya saat aku dan Mega memutuskan kos di daerah Jombor, Sleman, Yogyakarta.

Dia wanita yang periang, ramah dan bersuara merdu. Di awal pertemanan kami, ia masih mengenakan kerudung sebatas dada. Karena sifatnya yang supel dan karena hidup seatap (meski tak sekamar), kami menjadi mudah akrab. Cerita selalu mengalir dengan lancar. Ia bercerita banya tentang A sampai Z. Akupun begitu, bercerita apa-apa yang perlu aku bagi dengannya. Lewat cerita-cerita itulah kami bisa saling memberi masukan dan saling menasehati. Lewat cerita-cerita itu pula kami menjadi semakin akrab.

Dia tanpa sungkan menggelariku dengan gelar BUTIR alias Ibu Tiri; seorang wanita yang bisa menjadi galak untuk beberapa hal 😀– dan panggilan Butir sampai sekarang masih kerap ia lakukan. Ah, kuanggap itu sebagai panggilan sayang tentu saja ^^

Waktu terus bergerak maju. Meski tak lagi sekos karena aku dan Mega memutuskan pindah ke daerah yang lebih dekat dengan UGM, hubungan kami tetap berjalan baik. Kami bahkan saling mengunjungi ke kosan baru masing-masing.

Lalu, di mana cerita hijrahnya? 😀

Baiklah. Aku tidak ingat jelas kapan ia mulai ingin berubah. Keinginan berubah itu kerap ia sampaikan: Mbak aku juga ingin berjilbab seperti kalian berdua. Tentu kami sangat senang mendengar hal itu. Perubahan demi perubahan ia tampakkan. Jilbabnya semakin panjang dan ia tak pernah lagi memakai celana panjang ketika ke kampus. Yang membuat salut, ia berani berubah di tengah-tengah lingkungan kampus yang masih sangat asing dengan jilbab panjang dan lebar. Beberapa kali aku pernah menginjakkan kaki di kampusnya. Orang-orang di sana melihatku dengan tatapan asing tentu saja, bahkan ada yang mengatakan dengan entangnya: TERORIS!

Tidak sampai di situ. Hijrahnya bukan hanya pada penampilan namun juga pada pemahaman. Ia paham betul bahwa tak ada pacaran di dalam Islam dan ia berusaha mengamalkan hal itu. Ketika ada seorang pria yang menyukainya, ia langsung menantang pria itu untuk menikahinya. Ternyata tantangan itu disanggupi oleh sang pria yang juga sedikit banyak telah paham tentang syari’at yang satu ini.

Setelah melewati rintangan ini dan itu demi mewujudkan sebuah pernikahan yang mulia, akhirnya Allah mengabulkan doa-doa tulusnya. Ia pun menikah dan di hari itulah ia memakai jilbab panjang dan lebarnya. Ia memulai sebuah kebaikan dengan sebuah kebaikan yang lain, masyaa Allah ^^

Hari ini, masyaa Allah ia telah memiliki seorang anak yang cantik. Ia telah menjadi isteri dan seorang ibu. Ia juga telah menjadi muslimah yang senantiasa menasehati dan mendakwahi muslimah lainnya. Semoga ia dan kita semua terus istiqamah. Semoga si kecil bisa tumbuh menjadi muslimah yang shalihah, yang tegar, kuat, punya niat dan kesungguhan yang lurus, yang siap berjuang di jalan Allah Ta’ala seperti sang ibu. Semoga keluarganya terus bahagia, dipenuhi rahmat oleh Allah dan awet sampai ke Surga, Aamiin ^^

_Nurhudayanti Saleh_ (Makassar, 14/1/2017. Catatan untuk kamu yang jauh namun dekat di hati, Dek Ayu ^^)

Tinggalkan komentar