Diposkan pada Akhlak dan Nasehat, My Diary

Sang Pemimpi – Ketika Harus Memilih

Jogja, 11 Agustus 2014.

Pagi tadi, sehabis shalat subuh saya berencana menulis sebuah catatan. Malangnya, sampai sepuluh menit saya duduk di depan Lopita sembari memandanginya dengan khusyuk, tidak ada satu pun inspirasi yang menyambangi otak saya. Saya mulai prihatin dan bertanya-tanya pada diri saya sendiri; Apakah ini akir dari karir menulis saya? 😀

Tidak. Saya tidak mau menyerah. Satu-persatu file yang tersimpan di dalam folder My Story, saya klik dan baca. Saya membaca dengan penuh penghayatan. Lama. Saking lamanya, kelopak mata saya terangguk-angguk dibuatnya. Tapi lagi-lagi nihil. Meski saya sudah memancing dangan membaca catatan-catatan lama, ide itu tidak mau datang juga.