Diposkan pada Cerpen, My Diary

Jodoh, Putar Haluan

Dia mengenalnya sejak dulu, sejak masih sama-sama ingusan duduk di bangku sekolah dasar. Mereka dua orang murid yang berprestasi dan dikenal sebagai anak yang supel. Meninggalkan sekolah dasar, mereka kembali dipertemukan di sekolah yang sama. Tak ada yang berubah, semua masih sama, mereka masih menjadi siswa dan siswi yang berprestasi, banyak disukai orang karena keramahan masing-masing.

Lalu tiga tahun pun berlalu, keduanya memilih jalan masing-masing. Tak ada komunikasi yang berarti di antara keduanya. Layaknya teman kebanyakan, mereka hanya bertemu setahun sekali ketika acara reuni sekolah di hari lebaran.

Tahun pertama reuni, tak ada yang berubah. Dia masih sama dan wanita itu juga. Begitu terus hingga sampai di tahun kelima reuni dilaksanakan, saat mereka sudah menginjak bangku kuliah semester 4. Si wanita yang sejak dulu ia kenal sangat menjaga pergaulannya tetap seperti demikian. Beda dengan dirinya yang mulai ramai membicarakan tema-tema cinta, kasmaran, bersama teman-teman yang lain.

Waktu kembali bergulir tanpa mau menengok ke belakang. Dia menjalani kehidupannya hampir sama dengan kebanyakan kehidupan lelaki muda di luar sana, kuliah sambil menjalin cinta dengan wanita yang ia suka. Mengumbar perasaan yang belum halal baginya. Berbeda dengan wanita itu, dia tetap menjadi wanita yang terjaga. Jangankan menjalin kasih, sekedar diam-diam suka saja tak berani. Wanita itu sangat menjaga hatinya agar tetap putih dan utuh.

Tahun-tahun kembali berlalu dan ternyata Allah kembali mempertemukan mereka di satu tempat kerja yang sama. Wanita itu masih sama, sementara dia mulai menata hidupnya menjadi seorang lelaki dewasa yang nantinya akan memiliki tanggungjawab besar. Wanita itu masih menganggapnya teman seperti tahun-tahun yang telah lalu. Dan dia, laki-laki yang tengah ke arah perubahannya itu, mulai melihat wanita itu dari sisi yang berbeda. Kini di matanya, wanita itu tidak lagi teman biasa tapi sosok yang istimewa, yang tetap sama, tidak pernah berubah sejak pertama kali ia mengenalnya.

Bagi wanita itu pertemanan mereka biasa. Ketika dia membutuhkan bantuan, maka wanitta itu tak sungkan untuk memberi bantuan. Tapi, dia mulai menilai lebih. Ia menduga wanita itu juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Karena itu, tanpa berfikir dua kali, ia memutuskan untuk berlabuh pada dermaga yang ia kenal sejak dulu. Terlebih orang tuanya sangat menyetujui dan menyukai wanita baik itu.

Tapi apa mau dikata, perahu kandas tertabrak gunung karang. Gayungnya tidak bersambut. Wanita itu ternyata tidak memiliki perasaan apa-apa terhadapnya. Bagi wanita itu, dia sudah bukan lagi laki-laki yang sama yang pernah ia kenal. Wanita itu diam-diam menyimpan kekecewaan atas perubahnnya saat kuliah dulu. Wanita itu belum berubah sedikit pun, masih menjadi seorang wanita yang memegang prinsip teguh.

Mengetahui hal itu, dia menjelaskan dengan semua tenaga dan usaha susah payah, bahwa ia sudah berubah dan akan berusaha menjadi lebih baik dari masa ke masa. Tapi, wanita itu keras hati tentang pilihan imam dalam hidupnya. Wanita itu mau laki-laki yang berjodoh dengannya adalah laki-laki yang seperti dirinya, yang menjaga hati dan pergaulannya.

Namun, dia tak pantang menyerah. Ia coba menabrak karang dengan perahu besinya. Tapi malang, wanita itu tak jua meluluhkan hatinya yang membeku. Ia tertolak tiga kali, dan itulah batas kehormatan sebagai lelaki.

Akhirnya ia memutuskan putar haluan. Bukan menyerah untuk berlabuh, tapi memilih dermaga baru yang masih menunggu. Dan hari ini dia telah berhasil menyandarkan perahunya pada sebuah dermaga luas untuknya. Dia menikah tepat di hari ini. Dan wanita itu, wanita yang ia kenal sejak dulu datang memberi selamat dan doa bahagia.

Dia pun tersenyum melihat wanita itu menuruni tangga pelaminannya. Satu hal yang ia sadari, bahwa kebahagian tidak selalu ada pada wanita yang ia cintai, tapi ada pada pilihan Allah Zat yang paling memahami, yakni wanita yang kini berdiri di sampingnya, tersenyum utuh untuknya, isterinya.

***

Manusia tempatnya berusaha, hasil seutuhnya milik Allah. Apa yang kita anggap tepat untuk kita, belum tentu tepat di sisi Allah. Itulah sebabnya mengapa kita harus selalu kembali meminta yang terbaik kepada-Nya.

Semoga cerita singkat ini membawa pelajaran bagi yang membaca. Banyak yang bisa kita petik sebagai hikmah, baik tentang usaha maksimal, pantang putus asa, Allah yang Maha Berkuasa, berprasangka baik terhadap Allah, jodoh sudah dituliskan, dan lain sebagainya.

Dan untuk mereka berdua, mereka memang teman masa kecil yang dipertemukan lagi ketika dewasa. Tapi satu hal, hidup ini bukan film India atau drama Korea, yang harus menyatukan pemeran utama. Pada kenyataannya mereka ditakdirkan tidak bersama.

_Nurhudayanti Saleh_ (Jogja, 20 Oktober 2014, di tengah cuaca yang menghangat dan batuk yang belum hilang).

Tinggalkan komentar